HeadlineMozaik

Institut Mohammed VI Rabat: Upaya Raja Maroko Sebarkan Paham Islam Moderat dan Tangkal Radikalisme

Penulis: Dr Fauzan Adzim

(Alumni Program Doktoral Universitas Moulay Ismail, Meknes-Maroko)

SEJAK diresmikan pada Maret 2015 oleh Raja Maroko, Mohammed VI, Institut Mohammed VI untuk pengkaderan para Imam dan Penceramah (Institut Mohammed VI de Formation des Imams Morchidines et Morchidates-Bahasa Perancis) mendapat apresiasi positif dari kalangan akademisi dan masyarakat Maroko secara umum, bahkan dari dunia internasional. Sejumlah tokoh dunia telah mengunjungi Institut Mohammed VI ini, antara lain Paus FransiskuspadabulanMaret 2019 dan Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari pada Juni 2019.

TOKOH nasional Indonesia yang telah berkunjung ke Institut Mohammed VI antara lain Prof Dr Syafiq A Mughni, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP). Tidak hanya melakukan kunjungan resmi pada April 2019 lalu, Prof Syafiq juga berkesempatan memberikan kuliah umum di hadapan para pelajar dan civitas akademika Institut Mohammed VI, serta bertukar ide dan pengalaman seputar tema interfaith dan menerapan keber-Islam-an yang moderat di Indonesia dan Maroko.

Berlokasi di kota Rabat, Ibu kota Maroko, tujuan didirikannya Institut Mohammed VI secara umum adalah untuk membekali para imam masjid dan penceramah dengan ilmu-ilmu ke-Islam-an yang mumpuni dan memiliki pemahaman yang benar tentang Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai moderasi dan toleransi.

Para dosen di Institut ini, selain mengajarkan ilmu-ilmu ke-Islam-an, mereka lebih banyak berbicara tentang narasi-narasi keagamaan yang mengedepankan dialog antar agama dan menampilkan wajah Islam yang sebenarnya.

Selain para pelajar dari Maroko, pelajar dari beberapa negara Afrika, Eropa dan Asia belajar di Institut Mohammed VI ini. Melalui Institut Mohammed VI ini, ada misi diplomasi dan kerja sama luar negeri yang ingin disampaikan Maroko dengan memberikan kesempatan bagi pelajar asing untuk belajar di Institut Mohammed VI.

Raja Maroko ingin menyampaikan pesan kepada negara-negara luar tentang Islam yang penuh damai, membuka ruang dialog lintas agama dan memperbaiki pemahaman yang keliru tentang Islam.

Selain tujuan di atas, disinyalir bahwa motivasi didirikannya Institut Mohammed VI adalah sebagai upaya menyikapi dan menanggulangi semakin banyaknya warga negara Maroko yang terlibat pada kelompok-kelompok radikal sebab pemahaman ke-Islaman yang keliru.

Pada tahun 2015, disebutkan bahwa ada sekitar 1.600 warga negara Maroko yang telah bergabung dengan beberapa kelompok terorisme di Irak dan Suria.

Ide dan pemikiran pendirian Institut Mohammed VI ini berawal dari kejadian serangan mematikan oleh kelompok radikalis Islam di kota Casablanca pada tahun 2003 yang menewaskan 33 orang. Kejadian tersebut memicu Maroko untuk memperbaiki tata hidup beragama dengan menyebarkan lebih banyak pemahaman Islam yang moderat dan mengedepankan toleransi.

Saat ini ada sekitar 1.300 pelajar yang sedang mengikuti proses belajar di Institut Mohammad VI, mereka mendapatkan beasiswa sekitar Rp 3 juta perorang selain makan dan tempat tinggal yang disediakan secara istimewa oleh pihak Institut. Fasilitas fisik Institut Mohammed VI ini sangat modern dengan sentuhan artisanat ala Andalusia terdiri dari gedung belajar, aula diskusi dan pertemuan, restoran, perpustakaan, asrama dan gedung olahraga.

Institut Mohammed VI adalah lembaga pengkaderan dan pelatihan non-degree dengan durasi pendidikan jangka panjang selama 2 hingga 3 tahun, atau program singkat selama 6 bulan sampai 1 tahun.

Sebagai lembaga pengkaderan bagi para imam dan penceramah, ada persyaratan yang harus dimiliki oleh para calon pelajar yaitu hafalan alquran dan kemampuan bahasa Arab dasar karena pengantar mata pelajaran semua disampaikan dalam Bahasa Arab. (*)

Selengkapnya

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button