HeadlineMedia Pilar Merdeka Group

Ketika Kualitas Ibadah Ditentukan Urusan Perut

Berbicara urusa perut dalam Islam ternyata bukan perkara ringan. Sebaliknya, justru sangat menentukan kualitas seorang Muslim, termasuk laik tidaknya untuk bisa masuk surga.

Hal ini Rasulullah tegaskan dalam sebuah haditsnya.

“Wahai Kaab bin Ujroh, shalat adalah taqarrub, puasa adalah benteng, sedekah menghapuskan kesalahan seperti air memadamkan api. Hai Kaab, tidak akan masuk surga orang yang dagingnya tumbuh dari makanan haram karena neraka lebih dekat dengannya.” (HR Muslim, Nasai, ad-Darami).

Dalam kitab Minhajul Abidin, Imam Ghazali mengutip pernyataan Ma’ruf al-Kurkhi yang berkata, “Apabila engkau berpuasa, lihatlah dengan apa engkau berbuka dan dengan siapa. Sebab, berapa banyak orang yang memakan suatu makanan, kemudian hatinya berbalik dan tidak kembali kepada keadaannya yang semula, selama-lamanya.”

Ma’ruf al-Kurkhi melanjutkan, “Berapa banyak makanan yang kemudian menghalangimu mendirikan sholat malam. Dan berapa banyak pandangan haram telah menghalangimu dari membaca Alquran. Terkadang, sepotong makanan bisa menghalangi seorang hamba dari melaksanakan sholat malam selama satu tahun.”

Imam Ghazali berkata, “Jangan harap bisa memperoleh manisnya ibadah jika engkau makan terlalu banyak. Bagaimana cahaya akan bersinar di hati tanpa ibadah? Apa nikmatnya ibadah yang tak disertai rasa manis dan kelezatan?”

Ibadah, pada hakikatnya, jauh lebih nikmat dari apa pun kenikmatan dunia ini. Hal itulah yang bisa kita lihat dari sosok Imam Syafi’i, seorang ulama yang mampu mengkhatamkan Alquran sebanyak 60 kali dalam shlat.

Selain itu, Imam Syafi’i juga memiliki akhlak mulia dan sangat tekun ibadah. Selama 16 tahun, beliau tidak pernah makan sampai kenyang, kecuali hanya sekali.

Dan yang sekali itu pun sangat disesalinya. Menurutnya, makan kenyang berdampak negatif terhadap daya pikir dan ibadah.

Jadi, perut terlalu kenyang saja sudah cukup membebani seorang hamba bisa merasakan lezatnya ibadah.

Apalagi kalau perutnya kenyang dengan makanan haram hasil korupsi, mencuri, menipu, merampok, dan kecurangan lainnya.

Pasti akan semakin menyusahkan dan memberatkan masa depannya, baik di dunia lebih-lebih di akhirat.

Sumber: republika, rol, timur

Selengkapnya

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button