Oleh: Fathorrahman Fadli*
Ada banyak kerinduan yang membahana di angkasa lewat doa-doa manusia. Doa-doa umat muslim yang merindukan Ramadhan bulan sucinya bersih dari virus Corona. Virus yang mematikan itu pergi dari dunia. Agar masjid-masjid, musholla-mushalla ramai kembali merayakan Ramadhan yang suci itu.
DOA-doa itu bermilyar-milyar dipanjatkan, dihembuskan ke atas langit, menyentuh arsy. Namun doa-doa itu masih terus melesat entah kemana. Entah ke surga atau ke neraka. Entah ke langit entah kembali ke bumi, memasuki rumah-rumah untuk kembali.
Ramadhan tahun ini sungguh sepi sekali. Tak biasanya Ramadhan sepi seperti ini. Masjid tutup, langgar terkunci, musholla dipagari, surau sunyi. Malam tak ada gema orang tadaruz Quran. Hanya rintik hujan yang semakin mempertebal kesunyian. Atau gelap malam yang melengkapi rasa takut.
Ramadhan; malam-malammu sungguh begini kelam. Sendu terasa di sana-sini. Rasa getir kerap menghinggap dihati. Adakah ini pertanda jejak murkamu yang berabab-abad lamanya diingkari manusia?Atau ini adalah hukuman belaka. Adakah ini caramu membersihkan dosa dosa manusia atau bumi yang Engkau amanahkan kepada mereka.
Adakah manusia tak lagi mampu memegang amanah menjadi wakil.Mu? Khalifah.Mu? Budak-budak.Mu? Jongos-jongos.Mu? Adakah engkau hendak menawarkan kembali pada gunung, atau pada matahari untuk menjadi Khalifah.Mu?
Apakah Engkau akan menjadikan gunung dan matahari itu bicara, Duhai Tuhanku? Apakah Engkau akan mengatakan Kun-Fayakuun, jadilah maka jadilah gunung dan matahari itu berbicara?
Sungguh kami sangat takut jika gunung itu bisa berbicara ya Tuhan. Diam saja kami gemetar. Batuk saja gunung itu membuat kami lari tunggang langgang. Apalagi dia bicara, pasti seluruh isi bumi ini berguncang. Belum lagi jika dia batuk keras, pasti dia tak segan-segan memuntahkan batu dan pasirnya yang panas itu.
Belum lagi jika Engkau serahkan tahta kekhalifahan.Mu pada matahari. Pastilah kami semua mateng dan gosong oleh panasnya itu. Tuhan, kami mohon, jangan serahkan tahta kekhalifahan bumi ini pada keduanya. Kami tak sanggup, takkan sanggup memikulnya.
Berikanlah kekhalifahan itu pada manusia saja. Cuma kepada manusia yang baik nan pintar saja. Jangan kepada manusia yang bodoh agar kami tidak repot, dan jangan pula pada manusia yang terlalu pintar agar kami tidak ditipu.
Oh, Tuhan. Ijinkan kami tetap menikmati Ramadhan-RamadhanMu dengan perih dihati. Ramadhan siang hari masih banyak orang wira-wira, kadang tiba-tiba saja mendadak sepi.
Ramadhan malam hari seperti Ramadhan terakhir kali. Sepi, tanpa basa basi. Seolah Ramadhan perpisahan yang mati rasa, tiada gairah hidup lagi.
Oh, Tuhan, jangan jadikan Ramadhan ini Ramadhan terakhir kami. Kami jelas tak sanggup. Beri kami.waktu menghapus debu-debu dosa yang melekat pada sekujur tubuh kami. Pada tangan dan lengan kami, pada muka.kami, pada kaki kami, pada mata.
Kami, pada bibir dan kodak kami, pada jejak langkah hidup kami, dan pada segala niat buruk kami selama ini. Berikanlah kekuatan kami untuk membakarnya semua itu pada Ramadhan ini.
Oh Tuhan. Apa sebenarnya maksudmu mendatangkan Virus Corona di Bumi. Apakah Engkau hendak menguji manusia- manusia tentang siapa yang beriman padamu dan siapa yang ingkar?
Apakah engkau hendak mengetes manusia apakah mereka masih beriman atau kafir. Apakah mereka istiqomah di jalanMu atau justru munafik?
Tuhan, kalau boleh kami bertanya, mengapa virus Corona belum juga pergi dari muka bumi. Kemana bermilyar doa kaum muslimin itu terbang? Namun demikian, kami paham karena Engkau Maha Tahu dan Maha Bijaksana atas segala sesuatu, termasuk doa-doa itu?
*Penulis adalah (Direktur Eksekutif Indonesia Development Research/IDR dan Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang)