Ngalab Berkah di Api Tak Kunjung Padam

API Tak Kunjung Padam merupakan salah satu destinasi wisata yang berada di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Pamekasan.
TIDAK hanya tempat wisata, tempat yang sudah bertahun-tahun tersebut ada, ternyata juga dijadikan tempat bagi masyarakat yang masih memercayai untuk ngalab berkah.
Banyak hal yang memang unik dari Api Tak Kunjung Padam. Sejak ditemukan hingga saat ini tak kunjung padam, bahkan hujan deraspun tak mampu memadamkan.
Api Tak Kunjung Padam ini, hampir setiap harinya tidak sepi dari pengunjung. Beberapa dari mereka, selain memang murni bertamasya juga ada yang ngalab berkah guna melancarkan hajat. Hal ini tentu tidak terlepas dari adanya legenda asal-muasal Api yang keluar alami dari tanah dan tak padam meski hujan mengguyur.
Api Tak Kunjung Padam atau biasa disebut “Dhangka” ini, memang memiliki latar belakang kisah dari suatu legenda ” Pernikahan Ajaib KI MOKO “.
Konon pada sekitsr abad XVI tahun 1605 saka atau tahun 1683 Masehi, hiduplah seorang pengelana penyebar agama Islam yang memiliki kesaktian dahsyat, bernama KI MOKO dengan nama aslinya R. WIGNYO KENONGO. Ia adalah seorang pencari ikan yang bertempat tinggal di tengah hutan yang tandus.
Kisah ini bermula saat KI MOKO mendengar berita bahwa, Raja dari Kerajaan Palembang sedang dirundung kesedihan karena seorang putrinya tengah menderita sakit yang tak kunjung sembuh, meski telah banyak tabib yang mengobatinya.
Pada kesempatan itu KI MOKO terpanggil untuk mencoba membantu mengobati penderitaan sang putri raja. KI MOKO mempersembahkan sesuatu kepada Sang raja berupa bumbung-bumbung bambu yang berisi penuh dengan berbagai mata ikan. Bumbung-bumbung itu dikirimkan melalui utusan. Saat raja menerima persembahan dari KI MOKO, alangkah sangat terkejutnya sang raja karena barang yang semula dianggap kurang berharga menjelma menjadi barang berharga berupa Permata Intan dan Berlian. Sang raja sangat terkeut dan gembira begitu pula Sang Putri yang pada akhinya membuat ia sembuh dari sakitnya.
Melihat kejadian ini Sang Raja merasa berhutang budi kepada KI MOKO dan sesuai janjinya Sang Raja menganugerahkan hadiah berupa sebuah peti kepada KI MOKO dan dikirim melalui utusan pula. Setelah peti tersebut sampai ke tangan KI MOKO dan dibukanya ternyata dari dalamnya terjelma seorang Putri yang amat cantik jelita, itulah SITI SUMINTEN Putri Raja yang sengaja dianugerahkan kepada KI MOKO untuk dijadikan istri.
Menghadapi kenyataan ini KI MOKO sangat gembira hatinya namun, kegembiraan itu sejenak berubah menjadi rasa risau karena kebersamaan dengan itu pula tersirat suatu berita bahwa, tak lama lagi rombongan dari Kerajaan akan segera datang ke tempat kediaman KI MOKO untuk melangsungkan perayaan pernikahan.
Kerisauan KI MOKO disebabkan karena tempat kediaman serta segala kebutuhan perayaan sangat tidak memungkinkan. Namun, kerisauan tersebut akhirnya sirna setelah KI MOKO memusatkan batin melalui semedinya untuk memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dengan menancapkan tongkat saktinya, Ajaib, berdirilah bangunan istana yang sangat megah ( bangunan tersebut akan sirna setelah kegiatan perayaan selesai ).
Demikian pula untuk memenuhi kebutuhan yang lain seperti kebutuhan sumber makanan, air, dan seterusnya dengan cara yang sama KI MOKO menancapkan tongkatnya pada tanah. Pada saat itulah tercipta sumber air yang akhirnya menjadi sebuah telaga serta pancaran kobaran api yang senantiasa menyala dan akan berguna untuk kebutuhan manusia.
Dengan demikian puaslah hati KI MOKO dan pelaksanaan pesta pernikahanpun dapat berjalan dengan lancar. Namun, saat upacara pernikahan usai dan segenap keajaiban sirna, hanya tersisa pancaran kobaran api yang tidak sirna.
Melihat hal itu, Ki Moko menghampiri api itu dan menyuruhnya kembali ke asalnya. Akan tetapi ajaib, sang apipun berkata, ” Biarkan aku tetap disini untuk menemani seluruh anak cucumu hingga akhir hayat“.
Singkatnya sampai saat ini, semburan api alam tersebut masih tetap abadi hingga dikenal dengan istilah ” API TAK KUNJUNG PADAM / DHANGKA”. Dhangka artinya rumah tempat kediaman / Istana yang kemudian sirna.
Sedangkan Patilasan / makam KI MOKO sendiri terletak di dusun Palanggaran Desa Branta Tinggi Kecamatan Tlanakan Kab. Pamekasan yang sampai saat ini oleh masyarakat sekitar masih dikeramatkan pula. Untuk merawat / menjaga sumber api dan sumber air tersebut, maka KI MOKO mengutus Ki Rahma dan Nyi Rahma ( Buju’Tonggah ) yang artinya sebagai penunggu yang kuburannya / astanya terletak di Pojok Barat Laut Lokasi wisata Api Tak Kunjung Padam tersebut.
Demikian sekilas legenda wana wisata dari Api tak kunjung padam di Pulau Madura ini. (dats)
Sumber : sejarahbudaya.com