Kutukan Pandora
Oleh : Zainal Bintang
Kotak Pandora adalah sebuah artefak dalam mitologi Yunani yang berhubungan dengan mitos Pandora dalam Works and Days karya Hesiodos seorang penyair Yunani. Tulisannya banyak digunakan sebagai sumber utama dalam mitlogi Yunani, teknik pertanian, astronomi kuno Yunani dan pemeliharaan kuno. Merujuk Wikipedia, benda yang disebutkan dalam cerita aslinya sebetulnya adalah guci penyimpanan besar. Namun kata tersebut kemudian disalah terjemahkan menjadi “kotak”. Pada era modern seperti saat ini, sebuah idiom baru muncul sebagai reproduksi dari kata tersebut, yang memberi arti lain dan beraroma satiris menjadi: “sumber masalah besar dan tidak diinginkan”, atau “sebuah hal yang tampak berharga namun sebenarnya adalah kutukan”.
Hari – hari ini beredar sebuah dokumen “Pandora Papers” di masyarakat dipublikasikan Majalah Tempo (edisi 4 – 10 Oktober 2021). Dalam dokumen itu ada nama Menko Marves (Maritim dan Investasi) Luhut.B.Panjaitan dan Menko Perkonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Partai Golkar. Kedua menko disebut melakukan praktik tidak terpuji menghindari bayar pajak. Dengan huruf balok berjudul: “Garis Merah Dokumen Pandora” majalah itu yang menuliskan, “Bocoran jutaan laporan finansial dan kesepakatan bisnis mengungkap kepemilikan aset dan perusahaan cangkang di negara suaka pajak.
Sejumlah nama politikus dan pebisnis Indonesia muncul dalam #Pandora Papers, sebutan untuk bocoran dokumen finansial rahasia yang berasal dari 14 agen yang mengatur perusahaan cangkang di seluruh dunia. Liputan ini hasil kolaborasi Tempo dalam jejaring 150 media dari 117 negara yang dikoordinasi “International Consortium of Investigative Journalis” (ICIJ).
Penyebutan nama kedua pejabat teras Indonesia itu memantik kehebohan dan perasaan kecewa dalam masyarakat. Kedua pejabat negara tersebut sangat powerful. Keduanya bagaikan “tombak kembar” andalan presiden Jokowi mengatasi ketersendatan kehidupan bangsa akibat serangan pandemi Covid 19 sejak awal Maret 2020. Kedua pejabat itu dikenal sebagai “duet tangguh” mengawal kebijakan PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional). Juga tersohor sebagai “duet paten” dalam peperangan melawan Covid 19. Terkait nama LBP, di dalam dokumen “Pandora Papers” disebutkan adanya notulen rapat direksi sebuah perusahaan cangkang (papers company) yang dihadiri LBP. Nama perusahaanya adalah Petrocapital SA. Bergerak di bisnis minyak. Terdaftar di Panama pada 2006. Juru bicara Menko Marves Jodi Mahardi telah membantah berita itu, Senin (04/10/2021) kepada media mengatakan, Menko Marves LBP menjadi Direktur Utama/Ketua Perusahaan pada Petrocapital S.A pada 2007. Tapi sudah mengundurkan diri pada 2010.
Dokumen “Pandora Papers”, menyebutkan kakak-beradik, Airlangga Hartarto dan Gautama Hartarto tercatat sebagai pemilik perusahaan cangkang di British Virgin Islands, yuridiksi bebas pajak di kawasan Karibia. Disebutkan Airlangga Hartarto memiliki dua perusahaan, yakni Buckley Development dan Smart Property. Dalam bantahannya di Majalah Tempo, Airlangga Hartarto mengklaim tidak mengetahui pendirian kedua perusahaan tersebut dan membantah berniat mencairkan polis atau asuransi melalui dua korporasi tersebut. “Tidak ada transaksi itu”, kata Ketua Umum Partrai Golkar itu.
Sesuai dengan kebiasaan budaya mayoritas masyarakat Indonesia, mereka cenderung langsung percaya dengan berita yang terlontar pertama. Sangat malas untuk memperhatikan dan tidak mempercayai sanggahan – sanggahan sesudahnya. Kasus “Pandora Papers” telah diklaim secara kolektif sebagai sangat menyakit hati rakyat dikarenakan perilaku kedua pejabat itu. Diskursus publik telah mendorong berita itu menjadi drama bertema “pendzoliman” pejabat kepada rakyat kecil. Kini terlihat seperti menggelinding menjadi bola salju inspirasi semangat perlawanan peradaban terhadap kebiadaban. Dialasankan, ketika pemerintah sedang seriusnya mengejar wajib pajak agar memenuhi setoran pajaknya, tapi pada saat yang sama ada pejabat negara menghindar bayar pajak. Ironisnya, kasus tidak menyenangkan itu terkuak pada saat pelaku usaha sangat mikro dikejar – kejar dan dipaksa – paksa pemerintah membayar pajak.
Dalam mitologi Yunani, Pandora bukan nama seorang dewi. Pandora adalah makhluk yang dibuat oleh Hefestus, dewa pandai besi atas perintah Zeus, ayahnya. Pandora yang dibuat dari tanah liat itu berwujud wanita cantik yang memesona. Dia lalu diperisteri Epimeteus yang punya saudara bernama Prometeus. Epimeteus bertugas menjaga sebuah guci (ada juga yang mengisahkan bentuknya kotak) yang berisi segala kejahatan manusia.
Guci itu disegel dengan baik oleh Prometeus. Kedua saudara ini tidak ingin segala kejahatan itu terbebas dan membuat onar di dunia. Tidak demikian dengan Pandora. Diam-diam Pandora membuka guci itu saat Epimeteus pergi. Ternyata dari dalamnya keluar sekawanan makhluk seram yang mewakili kejahatan, kelaparan, kebencian, penyakit, pembalasan dendam, dan hal keji lainnya. Pandora yang ketakutan segera menutup kembali guci itu. Akan tetapi Pandora justru mengurung satu-satunya hal baik yang ada di dalam guci, yaitu harapan.
Segala hal-hal jahat itu langsung menjangkiti umat manusia. Satu-satunya yang dapat menolong manusia adalah harapan, yang justru terkurung dalam guci Pandora. Keonaran terjadi di seluruh bumi sampai akhirnya manusia zaman perunggu punah. Orang yang mengakibatkan banyak kejahatan sering dikatakan sebagai “membuka kotak pandora”. Akan tetapi semua itu dapat berubah menjadi baik dengan merawat dan memuliakan harapan.
Meskipun kedua Menko yang disebutkan terkait dalam dokumen “Pandora Papers” sudah memberikan bantahannya, akan tetapi sejuta tanda tanya masih menggelayuti hati masyarakat luas, khususnya rakyat kecil. Jikalau isi dokemen itu benar, mengapa otoritas penegak hukum tidak mengambil tindakan tegas terhadap kedua pejabat yang namanya disebut. Sebaliknya jikalau dokumen itu tidak benar, mengapa kedua pejabat negara itu tidak mengambil tindakan mengadukan “Pandora Papers” kepada institusi penegak hukum karena nama baik mereka dicemarkan.
Masyarakat berharap agar segera ada kejelasan. Berharap kepada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) segera turun tangan melakukan investigasi. Juga kepada legislator di Senayan dituntut membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) guna memanggil semua pihak terkait untuk menjelaskan duduk soalnya. Jangan ada pihak yang terdzolimi oleh “Pandora Papers”.
Pesan mitologi itu menyebutkan, di dalam guci yang ditutup kembali oleh Pandora, terdapat unsur – unsur yang baik, yang bernama: harapan. Analoginya harus dibaca, harapan memperbaiki bangsa ini tanggung jawabnya terletak juga ada di tangan para wakil rakyat yang terhormat, sebagai representasi dari rakyat.
Wakil rakyat sepantasnya melompat ke depan menjernihkan kasus yang menghebohkan ini. Respons yang tinggi dan cepat dari legislator diperlukan, gunanya untuk menepis kecurigaan masyarakat dan untuk mastikan para wakil rakyat itu bukanlah bagian dari unsur – unsur kejahatan yang “berlompatan keluar duluan” ketika tutup guci dibuka secara tidak sengaja oleh perempuan cantik yang bernama Pandora.
Lalu dimanakah gerangan berada para vokalis parpol yang berlimpah fasilitas yang bermarkas di Senayan? Mengapa anda tidak bunyi mendengarkan bisik hati rakyat yang berberbisik dalam hati kecilnya yang pedih karena dilukai “Pandora Papers”.
Potongan lirik lagu duet penyanyi Broery dan Dewi Yull yang berjudul “Jangan Ada Dusta Diantara Kita” nongol di monitor HP saya, kiriman teman lama yang rajin mengintip isi tulisan saya.
*Zainal Bintang, Wartawan Senior Dan Pemerhati Masalah Sosial Budaya.-