HeadlinePodium

Welcome, Ramadhan Minimalis!

Oleh: Fathorrahman Fadli*

Jika ada orang bertanya kepadamu perihal Ramadhan 1441 H ini, maka janganlah ragu. Katakan saja; Ramadhan ini adalah Ramadhan Minimalis. Beres!!!

RAMADHAN yang minimal dari hiruk pikuk budaya yang melemahkan substansi dari Ramadhan itu sendiri. Ramadhan yang membersihkan jiwa-jiwa manusia yang takabbur, pamer, sombong, kikir, hasad, dengki, iri hati dan penyakit jiwa lainnya.

Ramadhan kali ini adalah kesempatan besar bagimu untuk memperbaiki kualitas sujud-sujudmu itu.

Ramadhan kali ini betul-betul membebaskan para takmir dari kerepotan mempersiapkan amplop para penceramah. Ramadhan Covid 19 ini akan berubah menjadi Ramadhan yang lebih ikhlas dan apa adanya.

Ramadhan tahun renteng 20=20 ini seperti Ramadhan pembersihan diri, betul-betul membakar semua yang semu-semu dan kepura-puraan. Ramadhan ini adalah Ramadhan yang sepi secara fisika, namun ramai dalam jiwa.

Saya meyakini, Ramadhan tahun 2020 adalah Ramadhan Kecerdasan dan Ramadhan Kebijaksanaan. Cerdas untuk kembali pada substansi Ramadhan itu sendiri. Bijaksana dalam meletakkan tujuan suci dari perintah moral berpuasa pada umat manusia di bumi ini.

Cerdas dalam membunuh kebisingan artifisial yang telah lama dibuat manusia untuk berpesta pora makanan enak. Cerdas dalam memangkas silaturahmi yang seolah-olah penuh persahabatan.

Ramadhan kali ini juga mengajarkan keikhlasan yang memuncak bagi para kiai, ustad, penceramah, atau para pelawak di tivi-tivi. Kalian juga harus puasa dengan puasa yang betul betul puasa. Karena ladang-ladang pertanian kalian, kini kering kerontang. Pendapatan kalian akan dibersihkan dari sifat ketamakan kalian dalam Ramadhan-Ramadhan terdahulu. Ramadhan kali ini betul-betul ingin membunuh segala kepalsuan dalam diri kalian.

Jika kalian bersabar, maka kalian akan meraih derajat “laallakum tattaqun”.

Namun jika kalian mengeluh, maka kalian adalah sama dengan manusia kebanyakan, bahkan mungkin lebih rendah dari itu. Oleh karena itu bersiaplah menabung kesabaran yang banyak. Agar kelak jika engkau mendaki Ramadhan itu betul-betul punya persiapan mental yang kokoh. Seperti tegak dan kokohnya pegunungan, atau seperti tenangnya samudera.

Engkau semua tak boleh jadi selokan yang mudah keruh oleh aliran air sisa mandi. Atau sungai kecil yang mudah menguap saat hujan turun. Kalian semua harus menjadi manusia baru yang bertugas mencerahkan umat agar mengerti efisiensi. Kalian harus mengajarkan kembali makna taharah yang komplit; bukan hanya lahir, namun juga bathin. Itulah tugas sejati kalian dalam menggembala domba-domba yang tersesat dalam keimanan yang semu.

Namun jangan khawatir, karena Allah berjanji dalam firman-firman.Nya.” “Berdoalah kepada-Ku, niscaya aku akan mengabulkannya (QS: Ghafir.60).

Namun engkau harus percaya bahwa Allah akan selalu menepati janji-janjinya. Janji-janji yang akan membahagiakan kaum yang beriman kepada.Nya dengan iman yang penuh. Bukan iman yang separuh-separuh, bukan iman yang bolong-bolong, bukan iman yang dipertontonkan.

Untuk itu Ramadhan kali ini telah mengusir kalian dari sholat tarawih bersama, buka puasa bersama, memperingati Nuzulul Quran bersama, atau bahkan i’tikaf di masjid bersama.

Kini, semua ibadah-ibadah itu dikoreksi, apakah ibadah-ibadah itu hanya untuk Allah? Atau untuk pameran kehausan spiritualitas yang cair? Atau spiritualitas artifisial yang tidak kental hanya kepada Allah. Ramadhan kali ini sesungguhnya batu uji akidah bagi kita semua.

Apakah kita masih tergolong orang-orang yang Muttaqiin atau orang-orang Munafiquun.(*)

*Penulis: (Direktur Eksekutif Indonesia Development Research/IDR dan Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang)

Selengkapnya

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button